Oleh : Tri Maryati
Ketika
aku mau menuliskan tentang seperti apakah ibuku. Sempat terbersit dalam benakku
bahwa apa yang akan aku tulis nanti belum ada apa-apanya dibandingkan apa yang
telah ibuku berikan kepadaku selama ini. Tetapi paling tidak ini adalah sedikit
ungkapan perasaan ku yang paling dalam kepada ibuku sayang.
Sosok
ibu dalam hidupku sangat dominan. Ibuku adalah seorang guru SD. Dulu saat
mengandungku ibu tetap semangat untuk bekerja meskipun tempat kerja ibuku
lumayan jauh. Ketika aku sudah balita, aku memang sering ditinggal oleh ibuku
bekerja dan biasanya aku dititipkan ke tante sebelah rumahku. Pernah karena itu
aku sedikit kehilangan sosok ibu dalam hidupku dan lebih dekat dengan figur
ayah yang sering ada bersamaku. Masih
jelas dalam ingatanku waktu aku masih kecil ibu selalu bertanya padaku nanti
kalau sudah besar mau jadi apa nak?. Dan ketika itu sering aku duduk di depan
rumah dan melihat anak-anak yang berangkat sekolah karena tidak jauh dari
rumahku ada SD.
Ibuku
memang berbeda dengan ibu-ibu yang lain, yang setiap hari setiap waktu ada
untuk kalian di waktu kecil. Beranjak TK, aku biasa berangkat bersama ibu. Ibu
mengantarkan aku dulu baru kemudian ibu berangkat bekerja. Ayahku yang seorang
petani juga sibuk ke sawah serta kakak yang telah menginjak SMP sehingga saat
aku pulang dari sekolah rumah masih kosong dan aku tidak pernah diberi kunci. Namun
aku dengan cerdiknya masuk rumah dengan menerobos jendela, sungguh sampai saat
ini jika aku mengingatnya aku akan tertawa sendiri.
SD
ku sangat dekat dengan rumah jadi, kekhawatiran ibu jika aku pulang lewat jalan
raya sedikit berkurang. SMP meski jarang sarapan karena ibuku jarang masak
pagi, aku di beri uang saku lebih sehingga bisa makan di kantin dengan temanku.
Beranjak
SMA, aku memilih SMA yang favorit yang terbukti tetanggaku yang lulusannya jadi
orang sukses. Aku indekos dekat SMA, itupun dengan bantuan ibu aku bisa
mendapatkannya. O iya saat pendaftaran aku bersama ibuku, dan saat aku ingin
sekolah di SMA 1 Blitar yang menjadi sekolah idola yang berada di kota Blitar,
meski aku sempat tidak percaya diri namun ibuku lah yang membelikan formulirnya
untukku. Tapi karena NEM ku yang jika dibandingkan nilai anak kota yang
dikalikan 1,1 X NEM, jadi prediksi aku akan di urutan terbawah dan terancam
masuk SMA 2 atau 3. Dan disarankan aku memilih SMA 1 Talun yang juga favorit di
kabupaten Blitar. Dan ternyata aku bisa masuk juga dan ternyata 2 teman dekatku
juga diterima disana. Ketika aku dapat tempat kos, 2 temanku ku ajak hingga
akhirnya kami bertiga selalu bersama.
Lulus
SMA. Menghadapi SNMPTN aku meminta les sama ibuku dan dikabulkan, meski aku
harus kos lagi di tempatku yang dulu bersama adek-adek kos. Tidak apa-apa
karena ibu kosku baik hati dan adek-adek kos yang sudah dekat denganku. Saat
ujian datang, aku mengikuti tes mandiri I UM sebelum SNMPTN, tes Poltekes , tes
SNMPTN, dan terakhir tes STAN. Dari tes tersebut, aku keterima di UM Teknik Informatika,
di poltekes jurusan gizi. Dan saat itulah aku dan keluarga terjadi perbedaan
keinginan dengan ayah dan ibu. Kalau ayah ingin aku masuk gizi sedangkan ibu
ingin aku jadi guru.
Dan
akhirnya aku memutuskan masuk jadi guru tetapi bukan karena dipaksa tetapi
karena atas keinginanku sendiri. Dan ibuku lah salah satu motivasi terbesar aku
masuk jadi calon guru.Dan salah satu yang paling berkesan saat aku ingin ikut
ajang gus dan jeng kabupaten Blitar, ibuku mau mengantarkan aku sampai tempat
acara. Bertemu dengan orang-orang yang pernah ku kenal waktu SMA yang waktu itu
telah menjadi gus dan jeng kabupaten Blitar. Meski rumahku jauh, aku dan ibu
datang paling pagi di bandingkan panitianya malah.
Meski
itu adalah kali pertama aku ikut ajang seperti itu, aku sangat bahagia pernah
mengikuti acara itu. Dan meski aku sedih mengecewakan ibu karena aku tidak
terpilih. Tapi ibu menerima itu sebagai pelajaran yang berharga bagiku.
Sangat
berkesan saat ibu menguatkanku dalam pergaulan saat awal kuliah dan aku masih belajar beradaptasi dengan
lingkungan di kampus yang mayoritas bergaya hidup mewah, karena aku ingin juga
masuk dalam komunitas itu. Dan ibu dengan sangat bijaknya bilang tidak penting
gaya hidup yang bermewah-mewahan, karena kita mesti bersyukur masih banyak
teman kamu yang tidak bisa sekolah dan hanya bisa di dapur yang setiap hari
membantu ibunya memasak. Dan aku dan ibu sama-sama menangis tersedu dan sejak
itulah aku sadar bahwa kompak tidak berarti harus mengikuti gaya hidup yang
bermewah-mewahan itu. Bersyukur aku masuk dalam komunitas penggiat dan aktivis
di kampus yang sering mengadakan kegiatan-kegiatan yang positif seperti lomba
web, lomba robotik, pelatihan game, pemrograman java, seminar pendidikan 3
tahun berturut-turut, dan talk show kemuslimahan.
Dan
alhamdulilah sekarang aku sudah semester 7 dan hendak menyelesaikan studi
dengan giat menyusun skripsi. Ingin membahagiakan ibuku adalah cita-cita dalam
hidupku. Terimakasih Tuhan telah mengirimkan ibu yang sangat luar biasa dalam
hidupku...
***
Malang, 11
Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar